Rekomendasi
Meskipun kinerja keuangan SMCB pada tahun 2010 mengalami penurunan, namun kami
masih melihat beberapa katalis positif sebagai berikut:
Volume penjualan dan market share SMCB yang mengalami peningkatan hingga bulan
Februari 2011.
Potensi kenaikan harga jual semen untuk mengakomodasi trend kenaikan biaya energi.
Pengembangan sumber energi alternatif guna menekan biaya produksi.
Diversifikasi bisnis, pertumbuhan tingkat konsumsi semen nasional dan proyek
pembangunan pabrik semen baru yang masih berjalan sesuai rencana.
Berdasarkan kinerja keuangan SMCB pada tahun 2010 yang berada di bawah ekspektasi kami dan beberapa katalis positif tersebut, kami melakukan penyesuaian atas proyeksi keuangan dengan menurunkan proyeksi penjualan dan net income baik pada tahun 2011 maupun 2012. Valuasi kami dengan menggunakan metode discounted cash flow memperoleh target price sebesar Rp 2.500. Oleh karena itulah, kami tetap mempertahankan rekomendasi buy untuk saham SMCB namun dengan menurunkan target price dari Rp 2.700 menjadi Rp 2.500.
Kinerja Keuangan SMCB 2010
Pada tahun 2010, SMCB membukukan penurunan net income sebesar 7,5% YoY dari Rp 895,8 milyar pada 2009 menjadi Rp 828,4 milyar pada 2010. Bila dibandingkan dengan kompetitornya di industri semen seperti SMGR dan INTP, hanya SMCB yang mengalami penurunan kinerja keuangan. Berikut ini adalah beberapa indikator terkait kinerja keuangan SMCB pada tahun 2010:
Penjualan SMCB relatif stabil dengan kenaikan 0,3% YoY dari Rp 5.944 milyar pada 2009 menjadi Rp 5.961 milyar pada 2010. Volume penjualan dan harga jual semen yang relatif stagnan menjadi salah satu penyebab tidak bertumbuhnya penjualan perseroan.
GPM, OPM dan NPM SMCB mengalami penurunan masing-masing dari 37,8%, 23,5% dan 15,1% pada 2009 menjadi 37,7%, 22,4% dan 13,9% pada 2010. Hal ini menunjukkan kurang baiknya pengelolaan efisiensi perusahaan.
Market share SMCB turut mengalami penurunan meskipun dalam jumlah yang tidak terlampau signifikan dari 13,8% pada 2009 menjadi 13,6% pada 2010. Kenaikan beban iklan dan promosi sebesar 124,7% YoY dari Rp 31,1 milyar pada 2009 menjadi Rp 69,8 milyar pada 2010 belum memperlihatkan implikasi positifnya terhadap volume penjualan ataupun market share SMCB.
Beban operasional mengalami kenaikan sebesar 7,6% YoY dari Rp 851,5 milyar pada 2009 menjadi Rp 916 milyar pada 2010. Dalam hal ini, kenaikan beban penjualan dan distribusi sebesar 20,1% YoY dari Rp 498,6 milyar pada 2009 menjadi Rp 598,7 milyar pada 2010 tidak mampu mengimbangi penurunan beban umum dan administrasi sebesar 10,1% YoY dari Rp 352,9 milyar pada 2009 menjadi Rp 317,3 milyar pada 2010.
Penurunan laba selisih kurs sebesar 87,4% YoY dari Rp 372,2 milyar pada 2009 menjadi Rp 47,1 milyar pada 2010 juga memberikan implikasi negatif bagi kinerja keuangan SMCB secara keseluruhan.
Perlu diperhatikan bahwa depresiasi mengalami kenaikan sebesar 17,9% YoY dari Rp 441,7 milyar pada 2009 menjadi Rp 520,7 milyar pada 2010. Kami melihat hal ini terkait dengan kuasi reorganisasi yang dilakukan perusahaan. Setelah revaluasi, aktiva tetap bersih mengalami peningkatan dari Rp 5.461 milyar pada 2009 menjadi Rp 7.893 milyar pada 2010.
Sementara itu, beban bunga mengalami penurunan sebesar 47,7% dari Rp 444,9 milyar pada 2009 menjadi Rp 232,8 milyar pada 2010. Hal ini terkait dengan pengurangan sejumlah utang yang telah dilakukan perseroan. Net gearing SMCB telah mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir dari 1,8 pada 2006 menjadi 0,5 pada 2009 dan 0,2 pada 2010. Hal ini menunjukkan bahwa fleksibilitas keuangan SMCB mengalami peningkatan secara historis, namun masih berada pada level di bawah kompetitornya seperti SMGR dan INTP. Selain itu, eliminasi saldo defisit melalui pelaksanaan kuasi reorganisasi juga menjadi salah satu parameter bagi penurunan net gearing SMCB pada tahun 2010.
Outlook & Ekspansi SMCB 2011
Hingga kini, harga semen produksi SMCB belum ikut naik meskipun kenaikan harga batubara dalam 2 bulan terakhir menurunkan tingkat profitabilitas perseroan. Dalam hal ini, peningkatan volume penjualan membantu perseroan menyerap biaya energi. Namun demikian, kami melihat peluang SMCB untuk meningkatkan harga jualnya pada beberapa waktu mendatang mengikuti trend kenaikan harga batubara dan minyak bumi.
Selain terserap melalui peningkatan produksi, kenaikan biaya energi juga dapat sedikit teratasi melalui pengembangan sumber energi alternatif. Strategi ini diharapkan dapat menekan biaya produksi tanpa mengurangi produktivitas. SMCB menggunakan energi biomass dari pengolahan limbah yang disediakan salah satu unit usaha, Geocycle. Oleh karena itulah, kami memperkirakan level margin SMCB akan dapat dipertahankan pada beberapa periode mendatang.
SMCB juga memiliki bisnis penyedia solusi pembangunan rumah dan gedung berkelanjutan melalui Indoor Climate Solution. Indoor Climate Solution merupakan kelanjutan dari visi menyediakan kondisi berumah tinggal yang sehat bagi masyarakat Indonesia mengikuti jejak Holcim Solusi Rumah yang telah berjalan lebih dahulu. Gedung yang berkelanjutan dapat menghemat biaya operasional 40-60% dibandingkan gedung konvensional. Meskipun biaya pembangunan akan lebih tinggi hingga 5,02% dari gedung konvensional, gedung berkelanjutan dapat mencapai titik impas hanya dalam
waktu 8 tahun dibandingkan dengan gedung konvensional yang mencapai 9 tahun.
Asosiasi Semen Indonesia memperkirakan konsumsi semen pada kuartal I-2011 mencapai 10,28 juta ton, tumbuh 6% dibandingkan dengan konsumsi pada periode yang sama tahun lalu sekitar 9,7 juta ton.
Meskipun kenaikan beban iklan dan promosi pada tahun 2010 masih belum memperlihatkan hasilnya secara langsung, namun kami melihat SMCB masih cukup agresif dalam meningkatkan brand awareness atas produk-produk Holcim. Oleh
karena itulah, kami melihat peluang SMCB untuk meningkatkan volume penjualan dan mempertahankan market share dalam beberapa waktu mendatang.
Proyek peningkatan kapasitas produksi masih berjalan sesuai rencana dengan peletakan batu pertama pembangunan pabrik baru berkapasitas 1,7 juta ton di daerah Tuban, Jawa Timur. Pembangunan pabrik baru senilai USD 450 juta di
Tuban akan meningkatkan kapasitas produksi perseroan menjadi 10 juta ton per tahun pada tahun 2013. Pabrik tersebut diperkirakan akan selesai sesuai rencana dan sekarang sudah memasuki tahap konstruksi.
Hingga bulan Februari 2011, volume penjualan semen SMCB di dalam negeri mengalami peningkatan sebesar 20,9% YoY dari 867K ton pada 02M10 menjadi 1.049K ton pada 02M11. Sementara itu, volume penjualan semen nasional mengalami
kenaikan sebesar 7,1% YoY dari 6.352K ton pada 02M10 menjadi 6.805K ton pada 02M11. Implikasinya, market share SMCB mengalami peningkatan dari 13,7% pada 02M10 menjadi 15,4% pada 02M11.
Bila melihat sebaran geografisnya, peningkatan volume penjualan semen SMCB terbesar berasal dari daerah Jawa dan Sumatera. Volume penjualan SMCB di daerah Jawa mengalami kenaikan sebesar 21,8% YoY dari 642K ton pada 02M10 menjadi 782K ton pada 02M11, dengan peningkatan market share dari 19% pada 02M10 menjadi 20,9% pada 02M11. Sementara itu, volume penjualan semen SMCB di daerah Sumatera mengalami kenaikan sebesar 32,8% YoY dari 143K ton pada 02M10 menjadi 191K ton pada 02M11, dengan peningkatan market share dari 9,6% pada 02M10 menjadi 11,8% pada 02M11.
Bila diperhatikan, volume ekspor SMCB mengalami penurunan yang cukup signifikan. Namun, kami melihat hal ini sebagai strategi SMCB untuk memenuhi tingkat permintaan semen yang relatif tinggi dari dalam negeri.
Secara keseluruhan, kami masih melihat outlook yang positif bagi SMCB pada awal tahun 2011, mengingat beberapa parameter utama seperti volume penjualan dan market share SMCB mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Rabu, 13 April 2011
SMCB Disappointing 2010 result, yet anticipate improving performance TP 2500 - Valbury
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
►
2014
(7)
- ► 04/06 - 04/13 (1)
- ► 03/09 - 03/16 (1)
- ► 02/23 - 03/02 (1)
- ► 02/16 - 02/23 (1)
- ► 01/19 - 01/26 (1)
- ► 01/05 - 01/12 (2)
-
►
2013
(18)
- ► 12/29 - 01/05 (1)
- ► 07/07 - 07/14 (1)
- ► 05/19 - 05/26 (1)
- ► 04/14 - 04/21 (1)
- ► 03/17 - 03/24 (1)
- ► 02/17 - 02/24 (3)
- ► 02/10 - 02/17 (6)
- ► 01/27 - 02/03 (3)
- ► 01/06 - 01/13 (1)
-
►
2012
(80)
- ► 12/30 - 01/06 (1)
- ► 12/23 - 12/30 (1)
- ► 12/16 - 12/23 (5)
- ► 12/02 - 12/09 (5)
- ► 11/25 - 12/02 (2)
- ► 11/11 - 11/18 (1)
- ► 11/04 - 11/11 (1)
- ► 10/21 - 10/28 (2)
- ► 10/14 - 10/21 (3)
- ► 10/07 - 10/14 (2)
- ► 09/30 - 10/07 (4)
- ► 09/23 - 09/30 (3)
- ► 09/16 - 09/23 (1)
- ► 09/09 - 09/16 (1)
- ► 09/02 - 09/09 (4)
- ► 08/26 - 09/02 (3)
- ► 08/19 - 08/26 (2)
- ► 08/12 - 08/19 (1)
- ► 08/05 - 08/12 (7)
- ► 07/29 - 08/05 (2)
- ► 07/22 - 07/29 (3)
- ► 07/15 - 07/22 (3)
- ► 07/08 - 07/15 (4)
- ► 07/01 - 07/08 (5)
- ► 06/17 - 06/24 (3)
- ► 06/10 - 06/17 (1)
- ► 06/03 - 06/10 (1)
- ► 05/27 - 06/03 (1)
- ► 05/20 - 05/27 (1)
- ► 04/29 - 05/06 (1)
- ► 04/22 - 04/29 (1)
- ► 04/08 - 04/15 (2)
- ► 04/01 - 04/08 (1)
- ► 03/25 - 04/01 (2)
-
▼
2011
(3338)
- ► 10/02 - 10/09 (2)
- ► 09/18 - 09/25 (20)
- ► 09/11 - 09/18 (76)
- ► 09/04 - 09/11 (37)
- ► 08/21 - 08/28 (60)
- ► 08/14 - 08/21 (76)
- ► 08/07 - 08/14 (99)
- ► 07/31 - 08/07 (114)
- ► 07/24 - 07/31 (99)
- ► 07/17 - 07/24 (55)
- ► 07/10 - 07/17 (59)
- ► 07/03 - 07/10 (51)
- ► 06/26 - 07/03 (56)
- ► 06/19 - 06/26 (64)
- ► 06/12 - 06/19 (83)
- ► 06/05 - 06/12 (73)
- ► 05/29 - 06/05 (75)
- ► 05/22 - 05/29 (52)
- ► 05/15 - 05/22 (69)
- ► 05/08 - 05/15 (67)
- ► 05/01 - 05/08 (133)
- ► 04/24 - 05/01 (167)
- ► 04/17 - 04/24 (55)
-
▼
04/10 - 04/17
(131)
- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk After Rights, Tr...
- BBTN:Challenges remain - Mandiri
- Reports gauge damaging La Nina summer rain's cost
- Peringkat Energi Mega diturunkan - Bisnis Indonesia
- Mandiri Sekuritas & DOID rights issue - Mandiri
- INTA Akan Stock Split 1:5 - TokoSaham
- Harga saham MNC diprediksi terus melemah - Bisnis ...
- Garuda Terima Pesawat Baru Airbus 330-200 - Vivanews
- Waduh, Pemerintah Punya Opsi Naikkan Premium ke Rp...
- ANTM:Pirates of Somalia - Mandiri
- APLN: A sales booster - Mandiri
- CMNP:Inorganic growth is the only way - Mandiri
- XL Axiata: Buy; Rp5,600; TP Rp7,200; EXCL IJ Dec...
- Bumi (BUMI IJ) – Balancing Act, by Nick Cashmore -...
- MNC (MNCN IJ) – Channel Dispute, by Dee Senaratne ...
- volatility in the agriculture sector - CLSA
- Astra & Renesas - JP Morgan
- GEM Equity Strategy - Cyclicals: Better value in L...
- Indonesia Cement Sector - Strong March cement sale...
- BUMI, Plantations, Axiata XL - Nomura
- Adaro Energy {Ticker: ADRO.JK, Closing Price: 2,27...
- Adaro Energy - Jump! - (ADRO-BUY-IDR2,250-TP:IDR2,...
- Take Profit Jasa Marga (JSMR), Buy Construction na...
- China Coal-Prices climb, sentiment bullish ahead o...
- Bank Internasional Indonesia: Menjadi lebih - Mandiri
- Asia Equity Strategy - Overvalued cyclicals: Take ...
- South East Asia Coal Sector - Focusing on company ...
- Metals Update - Softer physical demand in play, su...
- Unilever Indonesia P&G presses the go button on In...
- Indonesia Market Strategy - Credit Suisse
- Ciputra Development - Bahana
- For longer term perspective, I will be buyers of d...
- Astra Agro, a potential div yield play - CLSA
- Flavour (Indo): Banks and Holcim Indonesia - CLSA
- ASEAN Banks: Event driven catalysts ahead - DBS Vi...
- Ramayana Lestari Sentosa March same-store sales g...
- EXCL AN EVIDENCE OF FIT BUSINESS STRATEGY - BNI Se...
- Cement Industry (OVERWEIGHT) Strong growth in Java...
- Avoid Coals, Plantation and Hard Metals as Oil Pri...
- Indonesia Nickel Strong prices factored-in - DBS ...
- MNCN/BMTR WEAKER: MIGHT HAVE LOST THE TPI CASE - CLSA
- Buy Ciputra Development (CTRA) - JP Morgan
- PT Telkom upgraded to OW - JP Morgan
- Vallar says no tender offer for Bumi even if it ta...
- PGAS Kaji Bangun Terminal Penerima LNG - TopSaham
- TINS:Cheap metal stock - Mandiri
- BUMI (TP Rp4,750) - Nomura: BUMI, BI maintain rate...
- Indonesia Macro Flash - BI on Hold, but Extends SB...
- Elnusa (HOLD) - Aiming for improvement - Kim Eng
- BUMI: Last hurdle - Investor?s confidence - Mandiri
- ANTM Increased in production - Recapital
- Telkom (TLKM IJ), sideshows dominating - CLSA
- Economy: BI kept rate unchaged at 6.75%, SBI minim...
- Telekomunikasi Indonesia (TLKM IJ, Rp7,100 BUY) In...
- TLKM rencana buyback saham , BUY - Danareksa
- South East Asia Coal Sector - Time for stock picki...
- Asia Palm Oil Sector - Indonesian FFB output is al...
- SGRO FY10 ABOVE OUR ESTIMATE – GROWTH WILL CONTINU...
- South East Asia Coal Sector - Time for stock picki...
- Asia Equity Strategy - Cyclicals outperform defens...
- SMCB Disappointing 2010 result, yet anticipate imp...
- JSMR: More roads - Mandiri
- Most Asian Stocks Rise as Japan’s Carmakers Gain -...
- Vallar Plc officially renamed into Bumi Plc - Insi...
- Vallar PLC Hargai Saham BUMI Rp3.240 /Saham - TopS...
- Indonesia's Bumi says revises up 2011 revenue to a...
- Is Goldman, Wall Street's Biggest Commodities Bull...
- Commodity prices due for correction May to June – ...
- Japan core machinery orders fall 2.3% in February ...
- Indika to obtain US$145 mio dividend - Insider Sto...
- BI Perkirakan Perekonomian Indonesia Terus Membaik...
- META Lirik Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok - ...
- First Media Private Placement Rp1 Miliar - TopSaham
- XL Axiata rises dividend ratio to 30% - Insider St...
- Important : stop buying a specific oil contract - ...
- CPO sector : 102 days in legislative no man's land...
- Bakrie-Vallar updates - CLSA
- Indonesia Equity Daily, 12 Apr 2011 Coal - Kim Eng
- Company Visit Note - PT Timah Tbk - JP Morgan
- Potpourri this week - UOBKH
- Regional Plantation Faster rise in inventory - DB...
- Economy BI is expected to keep rates unchanged at...
- Bumi-Vallar, Upgrade Telkom, and Stay bullish on p...
- Indonesia Daily Focus: Rate hike or No rate hike? ...
- Indika obtains US$180 million loan - Insider Stories
- Garap Jasa Seismik, ELSA Gandeng CGGVeritas - Inil...
- Indonesia's finmin says Q1 GDP growth seen at 6.5 ...
- Vallar: No cash purchase on Bumi stake - Insider S...
- Berau Energy ratings raised to (BB-) - Insider St...
- Bhakti Capital sets non-preemptive rights - Inside...
- Elnusa, CGGVeritas Set Up Joint Venture for Seismi...
- Antam Starts Contruction of Tayan CGA Plant Today ...
- Recapital to re-float 15% stake in Berau - Insider...
- (BN) Vallar Says Expects to Complete Bumi Stake In...
- Jasa Marga (Persero), Final Results Concern over ...
- Bumi says revises up 2011 revenue to at least $5.3...
- Vallar says Recapital may sell its 15 pct stake in...
- Aset 10 Bank Besar Turun Rp 40 Triliun dalam 2 Bul...
- Pemerintah Beli Saham SingTel di Telkomsel? - Viva...
- Toll Road (NEUTRAL) Accelerating development - Dan...
- ► 04/03 - 04/10 (107)
- ► 03/27 - 04/03 (147)
- ► 03/20 - 03/27 (131)
- ► 03/13 - 03/20 (148)
- ► 03/06 - 03/13 (114)
- ► 02/27 - 03/06 (141)
- ► 02/20 - 02/27 (113)
- ► 02/13 - 02/20 (58)
- ► 02/06 - 02/13 (111)
- ► 01/30 - 02/06 (90)
- ► 01/23 - 01/30 (119)
- ► 01/16 - 01/23 (85)
- ► 01/09 - 01/16 (91)
- ► 01/02 - 01/09 (110)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar